*jika ada kesamaan nama dan kejadian hanya
kebetulan dan mohon maaf
Disetiap cerita di novel ataupun
dogeng, kita bisa membuatnya menjadi akhir cerita yang happy ending dan memang kebanyakan seperti itu. Tapi dikehidupan
nyata belum tentu berakhir dengan happy
ending. Semua tergantung kita sendiri yang mengartikannya.
Rani, remaja yang
bertumbuh dewasa baru saja mengalami suatu pengalaman yang nggak pernah terlintas
dipikirannya bakalan mendapat peran menjadi seorang cewek yang diselingkuhi
cowok dalam hidupnya. Eas, cowok Rani yang tepatnya sekarang menjadi mantan
adalah teman 1 kuliah Rani. Rani dan Eas sudah kenal lama dan pernah menjalani
pendekatan karena suatu kegiatan organisasi di Kampus mereka. Padahal Rani
awalnya suka dengan salah satu cowok dalam organisasi tersebut hanya saja
kurang mendapat tanggapan. Setelah beberapa bulan menjalanin pendekatan, Rani
merasa tidak cocok dengan Eas yang dirasanya kurang gentle dan hanya mempermainkan perasaaannya saja. Akhirnya Rani
memutuskan untuk tidak melanjutkan hubungannya itu.
Setelah lewat
beberapa semester, terjadi lagi komunikasi antara Eas dan Rani karena satu
kelompok dalam suatu mata kuliah. Rani masih bersikap biasa dan hanya beranggap
biasa saja walaupun Eas seperti memberikan sinyal yang menggambarkan Ehh,, ada gue disini. Sepertinya Eas ini
adalah laki – laki yang bermulut manis dan pandai membuat kalimat – kalimat ambigu.
Tapi Rani sendiri tidak sadar kalau sedikit demi sedikit masuk dalam drama yang
dibuat Eas.
Waktu berlalu
kembali sampai Eas dan Rani dipertemukan dalam suatu kelompok tugas akhir yang
beranggotakan 5 orang. Disini mereka sering sekali bertemu karena harus
mengerjakan tugas tersebut dan membahas bahan – bahan yang akan dilaksanakan.
Sering bertemu dan komunikasi inilah yang membuat Rani merasa ada perasaan suka
lagi dan begitu pula Eas. Akhirnya mereka menjalin hubungan khusus alias
pacaran. Sebenarnya Rani masih merasa kurang dapat feel dan merasa kurang yakin dengan Eas karena
kejadian lampau. Tapi Rani sudah mengambil
keputusan untuk mencoba dan menjalaninya tanpa lebih lama lagi merenungkan dan berfikir matang. Ini berarti, tentunya Rani sudah siap mengambil risiko jika terjadi suatu hal yang membuat dia berubah.
Bulan pertama
mereka pacaran, Eas menunjukkan sikap yang manis dan sedikit demi sedikit Rani
mulai membuang pikiran negatifnya tentang Eas. Rani merasa menjalani hari – hari
yang bahagia bersama Eas. Mereka berbagi cerita, pengalaman, bsaling bercandaan,
serasa ada kebahagian lebih yang hadir dalam hidup mereka. Bulan berikutnya,
Rani mulai merasa ada perbedaan dalam diri Eas.
“Eas agak berubah”
“Eas agak berubah”
“Berubah gimana? Mungkin perasaanmu saja”
Semua berawal
dari seringnya Eas menitip salam untuk salah satu teman kos Rani. Awalnya Rani
beranggapan biasa saja karena teman Rani ini, titi adalah salah satu teman
dekatnya dan sudah dianggap sebagai saudara. Eas tahu itu.
Suatu ketika, saat Eas menitip salam buat
titi, Rani lupa menyampaikannya
“Duh,, gw kagak ketemu sama tuh anak. Tak kasih
nomer Hpenya aja ya. Ne xxxxxxx." Sama - sama provider kan jadi gampang.
“loh kok dikasih????”
“ia nggak papa mungkin lo emang ge butuh
sama dia dan bisa kenal juga kan dia temen gue sendiri.”
Rani
berfikir Eas nggak mungkin beneran smsan dengan titi. Ternyata pikiran itu
salah. Saat Rani lagi baca inbox Eas ternyata ada sms titi. Rani masih
beranggap biasa tapi sedikit ada keraguan karena isi smsnya juga biasa dan masih ada nama Rani dalam isi sms tersebut. Eas menjelaskan bahwa dia hanya
mengucapkan terima kasih sudah diberikan oleh – oleh yang memang waktu itu Rani
meminta Titi untuk berbagi karena Eas sendiri yang meminta dan Rani nggak curiga. Rani mencoba sedikit mengerti dan berusaha berfikir
positif, hanya saja yang Rani nggak suka Eas nggak bilang klo dia sms Titi. Rani benar - benar percaya dengan Eas.
Seiring
berjalannya hari, Rani sebenernya makin curiga terhadap tingkah laku Eas yang
labil. Terkadang biasa saja, terkadang galak, terkadang baik banget, perhatian,
terkadang acuh dan sombong. Benar – benar membuat Rani bigung. Rani sering
berfikir sebenernya apa yang sedang terjadi? Apa gue salah?
Kembali
lagi Rani emosi dan kesal sama Eas. Dia smsan sama cewek lain lagi dan Rani
nggak tahu siapa cewek tersebut. Eas nggak pernah cerita. Lagi – lagi Rani tahu
karena membaca inbox Eas. Rani berfikir kembali sebenarnya apa si maunya dia? Sengajakah?
Apa emang dia tipe player yang selama ini dipikiran Rani?
“Dia itu mantan gue SMA”
“Kenapa baru smsan?”
“Orang dia yang duluan sms, ya gue balas
aja”
“Harus ya pake acara nge-gombal and caper
gitu ya?”
“Nggak kok itu cuma main – main doang”
Lagi – lagi dengan sabar Rani memaafkannya
walaupun Rani sudah mulai nggak percaya sama Eas.
“Jangan diulangin lagi ya? Klo lo cerita
dari awal kan gue nggak bakalan mikir yang nggak2 ke lo”
“ia”
“janji ya. Klo diulangi lagi gue bakalan
ninggalin lo”
"ia janji"
"ia janji"
Dalam hati Rani berkata “Ok kita lihat aja
nanti, apakah beneran bakalan nggak akan diulangi lagi and apakah bener yang dibilang tadi?”.
Tepat
sebelum 3 bulan, mereka pergi menonton salah satu film yang lagi hot2nya banyak
ditonton orang. Mereka ngantri tiket aja mpe 3 jam tapi mereka menikmatinya dan
sudah punya plan mau milih nonton jam berapa dan mau ngapain aja sebelum
nonton. Besoknya tepat 3 bulan mereka pacaran. Rasanya mereka ingin
menghabiskan 1 hari itu bersama – sama.
“Bukannya bosen neh, kok baru 3 bulan
rasanya kayak udah lama banget ya yas”
“Ia kan kita udah kenal dan deketnya dari
lama Ran”
Biasanya setiap hari jadi bulanan Rani
memasak makanan dan memberikannya ke Eas tapi karena sikon yang nggak mendukung untuk hari
jadi 3 bulan Rani tidak membuatnya. Rani tahu Eas suka makanan dan suka makan banyak sedangkan Rani
nggak bisa masak. Tapi Rani terus berusaha untuk belajar memasak dengan
bertanya – tanya, membaca artikel sampai lihat demo masak. Rani benar – benar berupaya
sungguh – sungguh tapi sepertinya tidak ada dorongan dan respon dari Eas.
Beberapa
hari kemudian sepertinya inilah hari yang dipilih Tuhan untuk membukakan mata
Rani atas pandangannya terhadap Eas. Lagi – lagi berawal dari inbox dimana
membuktikan Eas dan Titi masih menjalin komunikasi. Rani marah dan kesal dengan
Eas. Rani benar - benar tidak percaya Eas bisa berbuat tega seperti itu.
“Kenapa harus kalian berdua??? Kenapa harus
Titi, orang yang deket sama gue? Kalian berdua betul2 baik banget sama gue.
Puas kalian.”
“Maaf, sorry. Gue nggak bakalan kayak gitu
lagi. Lagian gue kan smsnya udah lama, gue nggak sms lagi.”
"Yakin?"
"Ia lagian mereka tuh fans gue, ya biasalah klo sms."
"Idih PD banget, ngomong aja klo lo yang sms duluan. Ia kan?"
"Sorry, maaf. Nggak kok."
Rani benar - benar tidak percaya dengan Eas. Rani emang menyudahi pertengkaran tersebut tapi dalam hati Rani berniat mencari tahu lebih dalam lagi.
"Yakin?"
"Ia lagian mereka tuh fans gue, ya biasalah klo sms."
"Idih PD banget, ngomong aja klo lo yang sms duluan. Ia kan?"
"Sorry, maaf. Nggak kok."
Rani benar - benar tidak percaya dengan Eas. Rani emang menyudahi pertengkaran tersebut tapi dalam hati Rani berniat mencari tahu lebih dalam lagi.
Sepulang
dari ketemu Eas, Rani mencari teman yang sepertinya mengerti apa yang
sebenernya terjadi. Dan benar, temen Rani ini mengerti semua dan menceritakan
semua kelakukan mereka berdua selama beberapa bulan ini bahkan hampir selama Rani berpacaran dengan Eas. Jadi, sms yang dibaca Rani hanya sebagian saja
dan itu adalah sms lama. Selebihnya sudah dihapus Eas karena Eas tahu Rani
bakalan membuka inbox lagi. Hari – hari yang dijalani berdua antara Eas dan
Rani, semua kegiatan dan acara ternyata ada orang yang diam – diam hadir dari belakang.
Eas emang bersama Rani., mereka saling bertemu tetapi disamping itu, disaat yang
sama saat bersama Rani, Eas smsan dengan Titi dan Rani tidak mengetahui hal tersebut.
Ternyata selama 3 bulan itu Eas telah
menghianati Rani.
Rani benar –
benar marah saat itu dan bigung harus berbuat apa. Rani menangis tetapi bukan menangisi mereka berdua, Rani menangis karena merasa menjadi orang yang bodoh karena sudah menaruh kepercayaan dan tertipu atas tingkah laku yang sok baik. Tapi dia masih berusaha bersikap bijak dan obyektif. Rani
memanggil Titi dan menanyakan maksud dari kelakukan mereka. Titi menjelaskan
semuanya dengan berlinang air mata. Rani cuma sedih tapi nggak bisa menangis. "kenapa harus dia, orang yang sudah gue anggap saudara."
Titi menunjukkan semua sms dari Eas. Titi minta maaf karena tidak menceritakannya. Dia belum dapat timing yang tepat. Dia dengan bersungguh – sungguh menyakinkan Rani bahwa dia nggak punya perasaan apa – apa. Dia cuma mainin Eas karena Eas terlalu gombal dan Titi sendiri sudah mengetahui sifat asli Eas dengan bantuan seseorang yang dapat dipercaya kebenarannya. Titi juga nggak percaya sama Eas terlebih saat ia bilang tentang Rani yang menurutnya Eas hanya memutarbalikan kenyataan dan Titi nggak percaya hal itu. Saat membaca semua sms Eas untuk Titi, Rani semakin tidak percaya ada orang yang bisa berbuat tega separah itu. Rani benar - benar merasa bodoh.
"Seumur - umur gue nggak pernah diperlakukan seperti ini. Tuhan, salah gue apa?"
Titi menunjukkan semua sms dari Eas. Titi minta maaf karena tidak menceritakannya. Dia belum dapat timing yang tepat. Dia dengan bersungguh – sungguh menyakinkan Rani bahwa dia nggak punya perasaan apa – apa. Dia cuma mainin Eas karena Eas terlalu gombal dan Titi sendiri sudah mengetahui sifat asli Eas dengan bantuan seseorang yang dapat dipercaya kebenarannya. Titi juga nggak percaya sama Eas terlebih saat ia bilang tentang Rani yang menurutnya Eas hanya memutarbalikan kenyataan dan Titi nggak percaya hal itu. Saat membaca semua sms Eas untuk Titi, Rani semakin tidak percaya ada orang yang bisa berbuat tega separah itu. Rani benar - benar merasa bodoh.
"Seumur - umur gue nggak pernah diperlakukan seperti ini. Tuhan, salah gue apa?"
Rani memutuskan
hubungan dengan Eas via telpon. Tapi Eas nggak ada berkata apa – apa hanya diam
paling sekali – kali bilang “kok gitu?”. Setelah menelpon, Eas mengirim sms yang berisi permintaan maaf dan kesadaran atas tingkah dan kelakuannya. Rani sudah tidak percaya lagi dengan Eas. Rani mengajak untuk bertemu bertiga tetapi banyak sekali alasan yang dilontarkan Eas. Sibuklah, ada acaralah dan berakhir dengan "Maaf banget besok q bener - bener nggak bisa."
"Gue pengennya kita ketemu besok, gue pengen denger penjelasan dari kalian berdua. Uda cuma itu aja. Ceweknya sudah mau kok tinggal kamunya aja. Denger ya sampai kamu nggak datang besok berarti semua berakhir."
Beberapa jam kemudian, Eas masih sms Rani dengan isi sms seolah - olah nggak ada yang terjadi. Rani mengungkit kembali masalah pertemuan besok. Eas jadi agak emosi dan akhirnya minta “break” . Rani nggak pernah tahu maksud dan tujuan dari “break”, ia nanya kan ke Eas tapi Eas tidak memberi jawaban yang cocok. malah membuat semakin bigung. Eas yang mengharapkan “break” tanpa tanya Rani mau atau tidak tapi bagi Rani hubungan nggak ada lagi yang butuh dijelasin dan dipertahanin lagi semua sudah jelas dan ini sudah berakhir. Sudah jelas Eas tidak datang keesokan harinya dan berarti semua berakhir, terserah Eas masih beranggapan mereka break.
"Gue pengennya kita ketemu besok, gue pengen denger penjelasan dari kalian berdua. Uda cuma itu aja. Ceweknya sudah mau kok tinggal kamunya aja. Denger ya sampai kamu nggak datang besok berarti semua berakhir."
Beberapa jam kemudian, Eas masih sms Rani dengan isi sms seolah - olah nggak ada yang terjadi. Rani mengungkit kembali masalah pertemuan besok. Eas jadi agak emosi dan akhirnya minta “break” . Rani nggak pernah tahu maksud dan tujuan dari “break”, ia nanya kan ke Eas tapi Eas tidak memberi jawaban yang cocok. malah membuat semakin bigung. Eas yang mengharapkan “break” tanpa tanya Rani mau atau tidak tapi bagi Rani hubungan nggak ada lagi yang butuh dijelasin dan dipertahanin lagi semua sudah jelas dan ini sudah berakhir. Sudah jelas Eas tidak datang keesokan harinya dan berarti semua berakhir, terserah Eas masih beranggapan mereka break.
“Ran, gue smsan sama dia tuh situasinya gue juga sudah balikan sama mas gue yang dulu. Ya mending gue sama mas gue daripada dia.
Gue cuma bermaksud mainin dia nggak pake hati kok. Sudahlah nggak usah berlanjut, cowok seperti ini nggak bisa diharapkan. Masih
banyak yang baik diluar sana.”
Untungnya
Rani sama Titi terlebih Rani dapat menjaga hubungan mereka. Masalah cowok
dan all about that man nggak bisa ngehancurin
hubungan mereka. Mereka menjadikan ini bahan pembelajaran dan kedewasaan
saja supaya kemudian hari nggak terulang. Rani benar - benar mengambil hikmat dari pengalaman ini dan berharap semakin takut akan TUHAN.